06 Juni 2011

Mahasiwa Nuklir bicara POLITIK!!!! (part 1)

5 komentar
Postingan ini kayaknya opini pertamaku tentang politik yang aku muat di blog ini. Mungkin sebelumnya, anda belum pernah melihat saya bicara politik. Entah, tiba-tiba ada mood aja untuk menulis opini tentang politik. Aku sendiri gak tahu dari mana mood itu dating. Moga-moga aja bisa mengusir rasa penat di kepalaku, yang akhir-akhir ini sering disibukkan dengan setumpuk tugas sebagai mahasiswa teknofisika nuklir. Ditambah lagi perasaan bersalah, karena selalu menunda rapat evaluasi yang sudah harus dilaksanakan di organisasi internal kampus yang saya ikuti. Sudahlah, satu jam ke depan aku gak mau bicarain itu sema. Lebih baik fokus membuat opini yang akan aku posting di blog aku. Lagi pula, kayaknya sudah lama banget aku gak update blog aku.


ilustrasi gambar : http://snipnsnap.co.cc


Berekenalan dengan Presidensiel dan Parlementer


Tadi sebelum aku balik ke kost, aku mampir ke lantai 1 sayap timur untuk mampir ke kording (koran dinding). Biasanya sih aku ngincer berita olahraga khususnya sepak bola. Tapi untuk edisi hari ini, kayaknya porsi berita sepakbola di Koran Repu***** gak terlalu banyak. Yang paling menarik, cuma ada berita inggris yang di tahan imbang swiss 2-2. Selebihnya kelihatannya cuma berita seputar politik. Aku cukup tertarik membaca sebuah kolom yang intinya membahas tentang “koalisi partai di parlemen”. Akhir-akhir ini media-media memang lebih fokus membicarakan fenomena politik. Sebut saja kasus sms gelap yang dikirim kepada Pak SBY, sampai isu hangat tentang korupsi yang mengahantam seorang hakim, istri mantan Kapol** dan kader demok***. Adalagi kasus PAk Nazarudin yang katanya sih lagi di singapura, terus beliau sempat mencurahkan isi hati lewat blog. Nah, yang aku mau angkat disini adalah tentang fenomena penanda-tanganan kontrak ulang koalisi partai di parlemen tanggal 23 mei lalu. Dimana partai-partai yang mau bergabung dengan koalisi, di imingi-imingi akan mendapat kursi di kabinet. Dari artikel yang tadi aku baca sih, kalo gak salah ada 6 partai yang menandatangani kontrak itu. Otomatis, kabinet Indonesia bersatu jilid 2 pimpinan pak SBY kemungkinan besara hanya akan diisi dari orang-orang ke enam partai tadi.



ilustrasi gambar : http://beritasatu.com

Kalo menurut aku sih Pak SBY seharusnya gak perlu membuat koalisi-koalisi begituan. Why? Menurut guru kewarganegaraan ku dulu, Indonesia adalah salah satu Negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial. Presidensial adalah sistem pemerintahan yang membuat seorang presiden mempunyai tanggung jawab sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Denger-denger sih, sistem ini diadopsi dari dari sistem pemerintahan di Amerika Serikat yang telah menggunakannya sejak ratusan tahun lalu. Selain presidensial, adalagi tuh yang namanya sistem pemerintahan parlementer. Dimana akan ditemui 2 pemimpin di suatu Negara, biasanya sih ada raja sebagai kepala Negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Sistem ini di adopsi dari sistem pemerintahan di Inggris. Adapun Negara-negara yang menganutnya sampai saat ini, diantaranya adalah inggris sendiri, Malaysia, Thailand, Timor Leste dan lain sebagainya.


Indonesia penganut sistem presidensial yang parlementer



Djuanda Kartawidjaja
ilustrasi gambar : wikipedia.org


Sebenarnya sih , Indonesia pada tahun 1960-an gitu sempat menganut sistem parlementer. Dimana Presiden Soekarno bertindak sebagai kepala Negara. Sedangkan Pak Djuanda Kartawidjaja bertindak sebagai sebagai perdana menterinya. Masuk zaman orde baru, sistem ini mulai ditinggalkan dan akhirnya membuat Indonesia sebagai salah satu penganut sistem Presidensial. Sejak saat itu, Presiden Soeharto menjabat sebagai kepala pemerintahan + kepala Negara selama bertahun-tahun. Sampai saat ini pun sebenarnya Indonesia masih menganut sistem pemerintahan presidensiel. Tapi kalo menurutku sih malah lebih mirip sistem presidensial yang parlementer. Bagaimana tidak, urusan parlemen bisa sampai dicampur dengan urusan kabinet. Padahal sebenarnya, lembaga legislatif dalam hal ini parlemen (para anggota dewan perwakialan rakyat yang terhomat) mempunyai tugas penting untuk mengawasi jalannya pemerintahan yang di pegang lembaga eksekutif, dalam hal ini presiden+wakil+para menteri (anggota Kabinet). Tetapi dalam kenyataannya, pemilihan para menteri kabinet saat ini lebih condong dipilih dari anggota partai yang ikut dalam koalisi. Seakan-akan pemerintah saat ini memegang prinsip “Jika anda ikut berkoalisi dengan kami, maka kader anda bisa menjadi Menteri”. Partai-partai yang ikut berkoalisi juga bukan partai sembarangan. Namun di pilih dari partai-partai yang memiliki kursi di senayan (gedung DPR.red). Atau dengan kata lain partai-partai anggota parlemen. Hal ini sudah jelas, bahwa terjadi penacampuraduakan antara perekrutan anggota eksekutif dengan kepentingan di parlemen.

Menurut hemat saya, janganlah memilih orang untuk dijadikan menteri hanya berdasarkan dari status keanggotaan partai yang berkoalisi. Tetapi pilihlah seseorang yang di pandang mampu dan memilki kompetensi di bidangnya. Yang saya lihat, perekrutan anggota menteri saat ini terkesan ‘asal comot’. Bukannya saya meragukan kemampuan dan keahlian para menteri saat ini. Saya pikir mereka juga sudah bekerja keras dan berupaya semaksimal mungkin dengan melakukan beberapa kemajuan di departemen masing-masing. Tetapi alangkah baiknya, jika seorang menteri benar-benar memiliki kompetensi di departemen yang ia pimpin.



KOALISI BOLEH AJA SICh, Tapi…..





ilustrasi gambar : hizbut-tahrir.or.id



Siapa bilang koalisi suatu hal yang diharamkan ? Menurut aku sih, sah-sah aja diadakan koalisi. Tetapi koalisi itu harus memiliki tujuan yang baik. Saya bahkan sangat setuju, jika semua fraksi di DPR berkoalisi dan sepakat untuk bergabung dengan tujuan utama mensejahterakan bangsa Indonesia. Bukan tujuan-tujuan tetentu. Lupakanlah warna jas kalian ! bila perlu seragamkan dengan warna merah-putih yang mengambarkan warna bendera Indonesia. Jika hal ini sudah terwujud, insya Allah lembaga legislatif dalam hal ini anggota DPR akan bekerja lebih maksimal. DEngan mementingkan kepentingan umum, dibanding kepentingan pribadi dan kepentingan golongan (partai.red).






ilustrasi gambar : primaironline.com


Tetapi kayaknya, hal itu sulit deh kalo mau di realisasikan di Inonesia. Coba lihat aja deh suasana di sidang paripurna atau sidang istimewa DPR. Tempat duduk anggota dewan yang terhormat itu aja, di blok-blok (pisah-pisah) sesuai dengan fraksi atau partainya. Kalo sudah gitu sih kayaknya mereka bukan membicarakan kepentingan rakyat Indonesia. Tetapi malah membicarakan kepentingan partai politiknya masing-masing. Andai aja aku yang menjadi ketua DPR, tak jamin saat rapat, seluruh angota dewan diharuskan melebur jadi satu. Gak perlu di buat blok-blokan partai. Bila perlu tak suruh lesehan ! biar lebih merakyat ! (hihihihi).

Surat Buat Pak SBY

Pak SBY yang terhormat, terus terang saat pemilu dulu saya memilih anda bersama Pak Boediono. Saat itu, saya lihat bapak memiliki visi yang jelas. Bapak juga pernah mengenyam pendidikan di AKADEMI MILITER, salah satu sekolah yang saya idam-idamkan dulu saat SMA (walaupun saat ini saya tidak mengenyam pendidikan di tempat seperti bapak) . Sebagai mantan seorang Jenderal saya yakin bapak tentunya pasti memiliki sikap disiplin yang tinggi, tangguh, tanggung –jawab , berani dan pantang menyerah. Akhir-akhir ini saya melihat bapak banyak diserang isu-isu atau permasalahan yang mungkin dapat menganggu tidur bapak. Pesan saya, jangan jadikan itu sebuah beban ! tapi jadikanlan itu tantangan yang dapat bapak selesaikan. Lakukanlah yang terbaik, bapak juga masih memiliki masa jabatan sebagai presiden beberapa tahun kedepan. Berikanlah kontribusi positif yang maksimal semampu bapak,bagi masyarakat Indonesia. Tinggalkanlah dulu masalah koalisi, tinggalkan dulu masalah partai. Saya pikir, bapak membuat koalisi untuk menjaga kekuatan pemerintahan yang bapak pimpin. Tapi apalah arti itu semua, jika rakyat Indonesia justru sudah bosan melihat fenomena perpolitikan di Negeri ini. Rakyatlah yang perlu bapak layani. Rakyat butuh pemimpin yang tangguh, tanggung –jawab , berani dan pantang menyerah. Kesemua sikap itu saya yakin ada pada diri bapak. Tinggal bapak menggunakannya untuk mendukung tugas bapak sebagai seorang presiden.

JIka seorang pemimpin Negara sudah sungguh-sungguh bekerja keras semaksimal mungkin serta selalu berikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT dalam menjalankan amanah yang diemban, insya Allah seluruh rakyat akan mendukung pemimpin itu. Pemerintahan yang di pimpinnya pun akan semakin kuat dengan dukungan rakyat. Pemimpin itu tidak perlu membentu koalisi untuk merekrut kabinetnya. Pemimpin itu akan menunjuk putra-putri terbaik bangsa untuk dijadikan menteri sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.


Sekian pesan dari saya, saya harap bapak tetap tegar dan berani membuat suatu perubahan dan selalu di lindungi oleh Allah SWT. (Amin)










Penulis adalah mahasiswa di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – BATAN Yogyakarta.







Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Baca Selengkapnya....