18 Mei 2009

Sinetron, Baikkah? atau Buruk?

Saat ini berbagai acara pertelevisian Indonesia mewarnai layar televisi kita. Mulai dari berita, acara musik, reality show, sampai kuis-kuis. Ada yang mendidik, ada yang tidak mendidik bahkan ada yang merusak moral tanpa kita sadari. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar siaran televise Indonesia adalah siaran tv swasta. Mereka mempunyai kebebasan untuk menyiarkan acara televisi. Mereka pun, berlomba-lomba membuat acara televisi yang dapat menyerap ratusan bahkan ribuan pasang mata permirsa setianya. Salah satu senjata ampuh mereka adalah “SINETRON”. Tidak ada salahnya jika para pemirsa membutuhkan salah satu bentuk hiburan fiksi tersebut. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah jika semua siaran televisi di Indonesia bersaing merebut hati para pemirsa dengan ratusan judul sinetron yang menjadi acara utama mereka.

Sinetron tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga membawa dampak negative yang tidak sedikit. Dampak positif sinetron tidak lain adalah sebagai salah satu ladang yang dapat menyerap tenaga kerja. Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, kita tidak dapat menolak mentah-mentah acara sinetron. Mengingat Negara kita belum mampu menciptakan lapangan kerja yang sebanding dengan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena pembuatan sebuah judul sinetron membutukan crew yang cukup banyak. Mulai dari kameramen, penata rias, sutradara, penata lampu sampai actor sebagai pemeran dalam sinetron tersebut. Mungkin masih banyak lagi orang-orang yang mendapat rezeki dalam pembuatan sebuah sinetron.

Terlepas dari hal tersebut, sinetron juga banyak membawa pengaruh negative khususnya bagi para penontonnya. Acara sinetron tidak sedikit yang dapat merusak moral. Saya mungkin tidak perlu menyebutkan judul sinetron tersebut. Sinetron juga kadang kala dapat menimbulkan pro kontra. Anda tentunya masih ingat dengan salah satu judul sinetron yang namanya diganti dan ceritanya berubah drastis di salah satu siaran televise kita. Saya yakin ada pihak yang memprotes sinetron tersebut, sehingga dapat berubah seperti itu. Sebagai seorang muslim, saya juga merasa sedikit tersinggung ketika menonton sinetron tersebut. Seakaan- akan islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berpoligami. Tidak hanya itu dalam sinetron tersebut diperlihatkan bahwa sesama muslim itu saling membenci, menjatuhkan, bahkan saling mebunuh untuk berebut harta. Selain itu, pihak yang salah dibuat seakan –akan selalu menang dan pihak yang benar dibuat selalu kalah dan lemah bahkan tidak mampu untuk melawan segala ketidak adilan yang diterimanya. Anehnya, sinetron tersebut sampai tulisan ini saya buat masih saja disiarkan. Memang, lamanya penyiaran acara televise sangat bergantung dengan rating atau jumlah pemirsa yang menonton sinetron tersebut. Pihak pertelevisian tentunya tidak mau kehilangan rating yang besar tersebut. Dengan jumlah penonton yang besar tersebut tentunya, makin banyak pihak yang ingin memuat iklan dalam penayangan sinetron tersebut. Bahkan saya pernah melakukan survey kecil-kecilan untuk dapat mengetahui seberapa lama tayangan iklan dalam sebuah sinetron. Bermodal stop watch, kertas, dan pensil saya dapat mengetahui bahwa perbandingan rata-rata antara sinetron dengan tayangan iklannya pada sebuah mega sinetron, yang menggunakan artis-artis papan atas adalah 1:1. Itu samahalnya dengan jika anda menonoton sebuah sinetron yang berdurasi misalnya 2 jam, sebenarnya anda hanya menyaksikan actor-aktor kesayangan anda berlaga dalam sinetron tersebut selama kurang lebih 1 jam. Sedangkan 1 jam lainnya anda habiskan untuk menonton tayangan iklan.

Sinetron juga dapat menimbulkan efek ketergantungan yang berlebih bagi para penontonnya. Penonton di ajak untuk mengikuti sinetron tersebut sedetil-detilnya sampai terkadang harus meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya lebih penting dari pada itu. Bagi seorang pelajar, tugas utama mereka adalah belajar baik di sekolah maupun di rumah. Akan tetapi jika sudah dihadapkan dengan pilihan antara menonton sinetron kesayangan mereka dengan mengerjakan PR, tidak jarang para pelajar masih sering memilih untuk meononton. Adapula siswa yang saya temukan pandai membagi waktunya, bila sinetronnya mulai, maka ia tidak akan melepaskan matanya jauh dari televisinya. Lalu, bila tayangan iklan, ia mulai cepat-cepat mempelajari buku pelajaran sekolahnya. Cara ini saya rasa cara yang sangat-sangat tidak efetif dan hanya membuang-buang tenaga saja. Hal ini tidak lain karena dengan cara ini pelajar tersebut harus mebagi konsentrasi dalam dua hal. Pertama, konsentrasi pada buku pelajarannya dan yang kedua, konsentrasi pada sinetronnya.

Lain halnya, jika para pelajar tersebut menotnton acara televise yang bersifat edukatif dan mampu membantu mereka dalam memahami pelajaran mereka. Sebut saja acara TV edukasi yang sering ditayangkan di TVRI. Sayangnya niat para pelajar untuk menonoton acara seperti ini masih sangat minim. Iklannya pun sangant singkat, hal ini menunjukkan bahwa rating acara tersebut jauh di bawah rating yang dihasilkan sineton. Sungguh ironis memang, para peajar masih memilih unuk menonton sinetron yang kadang kala membawa dampak buruk bagi diri mereka sendiri. Akibatnya, para pelajar jadi malas untuk belajar. Alhasil, prestasi akademik yang mereka peroleh jauh menurun. Padahal merea adaah para calon pemimpin bangsa di asa depan. Kalau sudah begini siapa yang harus beratangung jawab?

Saya tidak menyuruh anda untuk tidak menonton sinetron. Akan tetapi saya hanya mengajak anda untuk ebih selektif untuk memilih acara televise yang lebih baik dan beranfaat.(Astro_23)


Semoga bermanfaat.!

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Artikel Yang Berhubungan



2 komentar:

Unknown mengatakan...

Info yg bagus gan,kita hrus mmbatasi dalam melihat acara2 di tv terutma sinetron krn mnurut saya sinetron tidak nembawa dampak baik sekalipun apalagi untuk anak2

Sen mengatakan...

Inter Mengatur Ulang Harga Lautaro Martinez kepada Barcelona pada Bursa Transfer Kedepannya.

Posting Komentar

Pengunjung blogku yang terhormat,
Sebagai pengunjung yang baik, tidak salahnya anda memberikan kritik, saran maupun opini yang bersifat membangun, untuk kebaikan di masa yang akan datang.
atas perhatiannya dan komentarnya saya ucapkan, terima kasih....