Beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 20-10-2010 merupakan tahun pertama pemerintahan SBY –Boediyono berdiri. Di hari ulang tahunnya yang pertama, bukannya sebuah kado istimewa ataupun kue ulang tahun yang diperoleh. Melainkan serangkaian aksi demonstrasi mahasiswa di sejumlah daerah meliputi, Jakarta, Bandung, Solo, Makasar bahkan di kota pendidikan Yogyakarta. Aksi yang dilakukan mahasiswa sepeti ini memang bukanlah hal aneh jika dijumpai di Negara kita, yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Hal ini menjadi sangat penting, sebab Indonesia sebagai Negara berkembang tidak akan pernah maju tanpa adanya masukan, kritik dan saran dari rakyatnya. Namun jika proses demonstrasi itu disisipi dengan sikap yang anarkis, tentu saja akan merusak makna dari demokrasi itu sendiri.

Demonstrasiyang anarkis
Berkaca dari sejarah, kebanyakan demonstarasi selalu di motori oleh kaum pemuda. Mahasiswa sebagai generasi muda sudah sepantasnya memiliki semangat pembaharu, berpikir kritis dan bersikap peka serta aktif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Akan tetapi, bukan berarti dengan semangat yang membara kita bisa seenaknya bertindak anarkis. Dari beberapa kota yang menggelar aksi demonstrasi beberapa hari lalu, tercatat Jakarta dan Makasar sebagai kota yang paling rusuh. Mahasiswa di kedua kota itu bentrok dengan aparat keamanan. Tidak hanya itu, mereka juga merusak fasilitas umum dan kendaraan“berplat merah”. Islam sebagai agama yang cinta kedamaian tentunya tidak menghendaki hal itu terjadi. Bahkan kita diajarkan untuk selalu menjaga / memperbaiki hubungan antar sesama. Allah SWT berfirman :
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S Al Hujuraat :49)
Mahasiswa sebagai golongan terpelajar tentu sudah seharusnya paham, etika untuk menyampaikan keluh-kesahnya. Di Indonesia, sebenarnya telah banyak media-media penyalur aspirasi masyarakat. Sebut saja media masa, LSM, bahkan lembaga formal seperi DPR yang tersebar di seluruh daerah. Jika memang berniat, bukanlah hal yang mustahil untuk mengirimkan tulisan aspirasi kita ke media masa, ataupun membuka forum-forum diskusi dan dialog bersama LSM serta anggota dewan. Islam mengajarkan kepada kita untuk selalu mengedepankan hasil “syuro” atau musyawarah dalam penyelesaian masalah keduniaan.
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S Asy Syuura:38)
Disadari atau tidak, sikap kedewasaan memang sangat perlu ditanamkan di dalam hati generasi muda. Tentuya tanpa megabaikan sikap kritis dan semangat pembaharu yang telah tumbuh sebelumnya. Lalu, bagaimanakah kondisi kehidupan pemuda di kampus kita ? Memang selama ini belum pernah di temukan siap anarkis yang ditujukan kepada pihak kampus dalam penyampaian aspirasinya. Namun, bukan berarti mahasiswa STTN-BATAN telah dewasa dan selalu mengedepankan musyawarah dalam menyampaikan keluh kesahnya. Padahal sebenarnya banyak permasalahan dilingkungan kita yang masih perlu dibahas. Salah satunya adalah dinding langit-langit yang selalu meneteskan air saat kuliah berlangsung. Sikap peka, kritis dan keaktifanlah yang mungkin belum tertanam di hati teman-teman. Wallahu alam. (astro)
Baca Selengkapnya....