15 Desember 2008

Cermin buram dunia pendidikan Indonesia

Setelah beberapa minggu gak sempat menulis karena lebih konsen ke ulangan semester ganjil yang diadakan di sekolahku tanggal 5 -12 november 2008, akhirnya saat ini aku bisa juga menulis untuk mengisi postingan di blogku ini. Sebenarnya tulisan ini sengaja aku buat untuk menyampaikan ucapan ‘terimakasih’ kepada orang-orang yang banyak menolongku selama mengikuti ulangan semester ganjil, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ya, selama mengikuti ulanagan semester ganjil di sekolahku, aku memang banyak mendapat bantuan baik berupa dukungan moril, doa dan sebagainya.


Sebenarnya, ulangan kali ini merupakan ulangan semester ganjil terakhirku, yang notabene sudah berada di tingkat terakhir dalam bangku SMA yaitu kelas XII. Ulangan kali ini pun, menjadi ulangan terakhirku agar bisa di temani oleh adik maupun kakak kelas. Di sekolahaku SMA N 1 Biak Kota memang menggunakan system random dalam penempatan siswa selama ulangan. Singkatnya selama ulangan, dalam sekelas dapat di temui tiga tingkatan berbeda yaitu siswa kelas X,XI, dan XII. Upaya ini dilakukan sekolahku untuk mengurangi tingkat kecurangan siswa dalam menyelesaikan soal yang diterima.

Sebenarnya, cara ini cukup efektif. Namun para pengawas ulangan masih sering kecolongan oleh aksi-aksi kotor siswa yang tidak dapat di pertanggung jawabkan. Para siswa masih saja bisa melakukan tindakan-tindakan menghalalkan segala cara agar dapat memperoleh nilai yang baik. Tindakan itu seperti membuat catatan kecil (konsep), nyontek , kerja sama (bertanya jawaban pada teman), sampai mengirim atau meminta jawaban via sms. Terus terang, aku pun sering menempuh jalan ini. Aku berpikir “teman-temanku saja berani berbuat seperti itu, mengapa aku tidak?”. Perasaan ini juga ditambah dengan ketakutanku bila aku mendapatkan nilai yang buruk bila aku bermain jujur, sedangkan temanku yang bermain kotor mendapatkan nilai yang baik / bagus. Itu kan namanya tidak adil !!!

Ya potret buruk system pendidikan kita ini memang sangat memprihatinkan. Siswa sebagai penerus bangsa terdidik untuk menghalalkan berbagai cara untuk menempuh tujuannya. Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang “Siapa yang harus bertanggung jawab atas hal ini ???”. Apakah kita harus menyalahkan siswa itu sendiri, atau pengawas yang kurang jeli dalam mengawas para peserta ulangan, atau kita menyalahkan para guru yang terkadang membuat soal ulangan begitu susah untuk dikerjakan oleh siswanya.

Kita tidak dapat menyalahkan siswa itu sendiri. Hal ini bukan karena sya seorang pelajar yang hendak membela diri. Akan tetapi dari wawancara ringan dengan beberapa teman saya, dapat disimpulkan bahwa mereka berani melakukan hal-hal negative selama ulangan karena takut “nilai” ulangan mereka jelek. Hal ini menurut mereka akan membuat orang tua, saudara, bahkan pacar mereka menjadi malu. Walaupun sampai tulisan ini dibuat aku mempunyai seorang idaman hati, saya cukup mengerti perasaan seorang pacar bila nilai ulangan kekasihnya buruk. Terlebih lagi, bila nilai ulangan pacaranya jauh di atas maupun di bawah dia.

Ya, terkadang paradigma masyarakat umum berpikir bahwa keberhasilan seseorang dalam menempuh pendidikan adalah tinggi rendahnya nilai. Mereka berpendapat, siswa yang mempunyai nilai tinggi kualitasnya ataupun tingkat kepandaiannya jauh di atas siswa yang memiliki nilai rendah. Tanpa berpikir bagaimana siswa itu mendapatkan nilainya, apakah dengan cara yang baik/jujur atau menggunakan cara-cara buruk seperti yang telah saya terangkan di atas. Hal inilah yang membuat banyak siswa Indonesia menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai yang baik. Cara berpikir ini seharusnya dapat kita buang jauh-jauh. Agar para siswa tidak lagi menggunakan cara-cara yang tidak mendidik seperti itu. Perlu diingat, bagaimanapun para siswa adalah calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Jika dalam ulangan saja, para siswa sudah sering bertindak curang bagaimana jika ia menjadi pemimpin bangsa kelak.

Lalu, bagaimana sikap kita seharusnya untuk mencetak para calon penerus bangsa yang selalu bertindak jujur ?

Anda sendirilah yang dapat menjawabnya !!!!!


Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Artikel Yang Berhubungan



2 komentar:

Anonim mengatakan...

eumm..
yh begitu miris melihatnya..
mreka hanya memikirkan duniawi saja..
tanpa sdar [entah mmang tidak sadar atau pura2 tidak sadar] bahwa Allah slalu melihat dan 2 malaikat di sisi kita senantiasa mencatat..
:((

Mencoba Mengisi Waktu Luang... mengatakan...

ya begitulah keadaannya saat ini..

Posting Komentar

Pengunjung blogku yang terhormat,
Sebagai pengunjung yang baik, tidak salahnya anda memberikan kritik, saran maupun opini yang bersifat membangun, untuk kebaikan di masa yang akan datang.
atas perhatiannya dan komentarnya saya ucapkan, terima kasih....